There is no easy way to tell about this, even until few days after the visit I still don’t know what to feel. Liburan kemarin, gue dan Widi memutuskan untuk coba sesuatu yang baru karena si mas ini tiba-tiba random kepikiran bahwa ada tempat penangkaran buaya di Cikarang, yang nggak jauh dari rumah kalau menggunakan mobil. “Is that open for public?” “Well…supposed to.” Then I got excited. Ketika nyampe, di depannya adalah tanah lapang yang luas, disambut oleh patung buaya yang luar biasa besar dengan tulisan “Taman Buaya Indonesia Jaya” That’s fascinating, yang membuat curiga adalah banyak spot untuk toko terpajang di depan yang tutup. Bukan, bukan kayak lagi nggak buka, tapi kayak udah bertahun-tahun nggak berpenghuni. Pintu masuk dan loketnya pun terlihat sangat tidak menjanjikan. This is not gonna be good… Begitu masuk, … Boy oh boy, gue nggak tau harus gimana bilangnya. Tapi kondisi taman ini sangat nggak mengenakan. I almost feel sorry for the visitors (like me). Gue pikir kondisi Kebun Binatang Ragunan yang kotor dan nggak layak is the worst, but this is.........this is it. Gimana coba kalo dilihat sendiri, dibawah ini adalah foto panorama dari yang tertangkap ketika melewati pintu masuk. I just immediately lost the excitement for the crocodiles. I swear to God I don’t wanna know. Rasanya kayak lo pasti udah bisa menyimpulkan gimana kondisi binatang di dalamnya ketika ngelihat tempatnya. Eh iya, denger di berita bahwa yang paling menggenaskan adalah Kebun Binatang Surabaya dan Bandung ya, tapi ngomongin soal berita, Widi pun iseng googling tentang Taman Buaya ini ketika kami berpijak di atasnya. Ternyata yang Widi temuin lebih lucu lagi, artikel dari tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Taman Buaya ini adalah terbesar se Asia. Gue rasa ekspresi “What?!” ala-ala sinetron nggak termasuk lebay kalo ngelihat kondisi tempat ini sekarang. Gue tau memang dasar habitat buaya bukanlah air jernih yang harus dibersihin sehari sekali, tapi ayolah, ngelihat tempat wisata yang begini hati siapa yang nggak teriris? Mungkin faktor lokasi? Karena letaknya di Kabupaten Bekasi yang dekat dengan area industry, sehingga orang nggak tau bahwa ada tempat rekreasi disana? Atau kurangnya promosi? Agak lucu sepertinya karena karena ada tempat wisata ekologi yang udah berdiri sejak tahun 90an tapi gue baru tau setelah dikasih tau oleh laki-laki yang udah gue kencani selama 8 tahun. Saat perjalanan menuju kesana gue bilang sama Widi, bahwa buaya terbesar yang pernah gue lihat, tapi tempat ini nggak sedikitpun seperti ekspektasi gue. Buaya terbesar yang gue lihat pertama adalah waktu gue ke Ragunan kelas 5 SD, it’s like extremely huge, the thing that will make you goosebumps the moment you think about how it’s strike, kayaknya gue kalo mikirin Komodo nggak gitu-gitu amat, buat gue Komodo tuh ada kesan majestic nya, kalo Buaya tuh savage. Dan ketika Widi bilang nanti disana bisa pegang buaya juga, gue otomatis bilang “Don’t.” I would be totally okay to touch and mingle with a calm and lazy Komodo, but certainly will think twice when have an encounter with a highly trained Crocodile. Kalo buaya di Taman Mini not so amusing buat gue hehe. Yang kedua adalah waktu di River Safari, ada yang besar juga disana. I can assure you 100% that my miserable judgement about Taman Buaya has nothing to do with my visit to the magnificent River Safari Singapore. Okaylah kita lupakan kondisi buaya disana yang katanya ada 500 ekor itu, tapi tempat itu bahkan nggak layak untuk manusia yang seharusnya berbahagia dan menikmati liburan disana :( Tempat-tempat seperti gazebo, tempat duduk penonton dan mainan anak-anaknya udah nggak terawat. Gue rasa kalo malam itu jadi sarang hantu, beneran deh karena siang-siang aja gue lihatnya serem. Gue nggak akan capek-capek mikir dan bertanya tentang tempat pengembangbiakan buayanya karena ketika berpikir tentang toilet aja gue kayak “Get the hell outta here.” Gue menemukan satu buaya yang kondisinya cukup menyedihkan, terlepas dari fakta yeah hidupnya di alam liar juga lebih kejam kok, tapi yang satu ini buntutnya udah putus, gue harus natap dia agak lama untuk memastikan bahwa matanya yang merah nanar dan gue kira bangkai itu gerak sedikit, and it smells terrible. Now you tell me, is that normal? Apakah buaya bukan sumber hiburan yang menarik bagi sebagian orang? Sehingga jadi sebegitu terlupakannya kah tempat ini? And then suddenly my mind snapped into the fact this place is not aesthetic enough for the hype to upload to their Instagram, sure, sure. Tapi serius deh, ini gue sedih banget ngeliatnya, karena tempat ini sangat nggak terurus sehingga memiliki tendensi ke spooky. Dan gue sedih juga ketika ngeliat kondisi buaya-buayanya. Kesan gue tentang Taman Buaya Indonesia Jaya ada 2: 1. Pathetic (because you-know-why) 2. Absolutely not safe. Karena pengaman dari kandang-kandang mereka hanya pagar batu kayak rumah biaya yang udah ditumbuhi banyak lumut, terus ada parit dan satu lagi pagar biasa dari besi yang kondisinya ya lo gausah tanya lagi. Yang gue rasa kalo buaya itu melengos aja bisa rubuh itu pager! Tapi gue ngeliat buaya-buaya disana juga udah kayak nggak ada ekspresi dan harapan hidupnya, udah kayak “Whatever hooman, idgaf what you think about this place. Even if one of you jump into here the only thing I’m gonna do is gap.” Dan satu-satunya yang gue nggak lihat disana adalah penjaga, Cuma beberapa orang di loket, di pintu dan tukang parkir. Entahlah, mungkin penjaganya menyamar jadi pengunjung yang jumlahnya nggak seberapa… Ketika menjelang pulang, gue sempatkan ngintip ke tempatnya Wahana Pertunjukan Joko Tingkir. Dan disana kayak tempat untuk show gitu yang kelihatan kayak dulu pernah jaya, gue rasa itu kayak tempat peragaan atraksi dengan buaya, ya ya, gue udah searching kok, mestinya ada atraksi pawang buaya, ular sanca dan debus pada hari libur. Kayaknya masih aktif pertunjukannya karena gue lihat ada 3 ekor buaya lagi bobo cantik disana. Dan, seperti yang bisa dilihat, itu nggak dijaga sama sekali, pintunya ada dua tapi mereka pendek seperti pager biasa dengan selot yang bisa dibuka dengan mudah. Imagine when someday there’s a careless parents let their kid play without guard and finally the 4 or 5 year old kid curious about the crocs that seems harmless cause they sleep like a baby so he walk through that gate? Yeah I can imagine. Tempat ini dikelola oleh pihak swasta, so, yah, biaya tiket 20.000 rupiah per orang mungkin hanya cukup untuk membeli makan, nggak bisa memperbaiki fasilitas, apalagi memarketingkan tempat itu. Masih dibayang-bayangi rasa prihatin, akhir kata saya hanya bisa berdoa semoga pemilik dan buaya-buayanya diberi ketabahan dan pemerintah Kabupaten Bekasi tergerak menyisihkan sedikit dana pembangunan untuk meningkatkan kelayakan tempat rekreasi yang kalo dikelola dengan baik bisa jadi asset. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Wabilahitaufik walhidayat, wassalamualaikum wr. wb… Hahaha serius deh awalnya gue masih excited buat ngeblog, tapi makin dipikiran gue jadi makin kebawa sedih nginget tempat itu. Silahkan dilihat foto-fotonya dan disimpulkan sendiri bagaimana kesan tentang Taman Buaya Indonesia Jaya. Thank you for reading. See you soon! :)
1 Comment
|
HOLA,Thank you so much for visiting my blog :) POSTS
March 2018
tags
All
|